Beraktivitas dalam kecanggihan zaman

Rabu, 9 September 2020 kami belajar melalui via daring untuk mata kuliah Manajemen Perubahan dan Pengembangan Organisasi terkait materi faktor-faktor perubahan. Dalam hal ini, ada beberapa tujuan pembelajaran yang perlu dicapai meliputi; mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan, sejumlah aspek perubahan dan membedakan faktor eksternal juga internal yang menyebabkan timbulnya perubahan.

Di masa sekarang, beberapa orang lebih senang untuk memusatkan diri terhadap prediksi di masa yang akan datang. Ada beberapa kriteria yang akan menandai hal tersebut berupa kultur atau perkembangan dalam hal pembudayan makin menakjubkan, bermunculan para elit dari kalangan atas yang biasanya memegang kekuasaan, semakin bertambah ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi yang mendorong kemampuan untuk meningkat, bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan pada jumlah perpindahan penduduk dari kota ke kota lainnya.

Perubahan sangat jelas terjadi dikarenakan perkembangan dan pertambahan ilmu ilmiah dan teknologi. Terlebih dalam keadaan yang seperti ini, lingkungan mengikuti arus perubahan kultur budaya yang mengikuti trend-trend jaman. Juga lingkup organisasi yang semakin memerlukan pembahruan untuk bersaing sehingga ikut serta dalam menciptakan dan berperan dalam perubahan. Dalam keadaan tersebut, segala aktivitas manusia menjadi semakin mudah. Apalagi tahun 2020 merupakan era kecanggihan teknologi sebab segala aktivitas disokong dengan menggunakan alat digital. Namun, tetap saja pasti selalu ada dampak yang mengiringi. Hal tersebut bergantung pada bagaimana dan seperti apa kita menggunakannya.

Perubahan dan Pengembangan Organisasi

Perubahan merupakan hal yang pasti dan akan selalu terjadi dalam setiap rentetan peristiwa kehidupan. Dengan perkembangan teknologi, baik individu maupun organisasi secara terus-menerus harus beradaptasi melalui cara kreatif untuk tetap bertahan pada lingkungan yang selalu berubah. Perubahan akan berdampak positif apabila kita menyikapinya dengan positif, proaktif, cepat dan tanggap. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bebas memilih berbagai macam tindakan berdasarkan prinsip dan nilai yang diyakini, bukan berdasarkan suasana hati juga mampu bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut. Orang-orang yang proaktif ini merupakan Agent of Change yang tidak memilih untuk menjadi korban dalam perubahan juga memilih untuk tidak menyalahkan orang lain. Ada sejumlah alasan yang menuntut manusia untuk berubah. (Kasali,2005) menyebutkan alasan perubahan tersebut, diantaranya:

  1. Perubahan adalah pertanda kehidupan. Manusia yang hidup pasti akan selalu berubah. Seperti seorang bayi yang kemudian mampu merangkak, mengoceh, duduk, berdiri, berjalan meski sesekali jatuh. Lalu kemudian mampu untuk berlari. Hingga kemudian, ia menjadi seorang makhluk dewasa yang menghadapi berbagai macam persoalan. Begitupun dengan organisasi yang dianalogikan seperti makhluk hidup. Jika dipelihara dan dirawat dengan baik, maka ia akan mampu bertahan dengan lama. Banyak instansi yang kita lihat, karena tidak mampu beradaptasi dan bereksistensi dalam perubahan sehingga gulung tikar (bangkrut).
  2. Perubahan menyimpan harapan. Setiap perubahan tidak selalu terbungkus dengan hal baik. Meski begitu, perubahan dapat memberikan harapan juga impian yang lebih baik. Seperti yang dituturkan oleh George Bernard Shaw “Kemajuan mustahil terwujud tanpa perubahan, dan mereka yang tidak dapat mengubah pikirannya tidak akan dapat mengubah orang apapun.” Dengan pengembangan sumber daya manusia mampu memberdayakan organisasi, merangkul dan mengelola perubahan. Apabila ditangani secara efektif maka organisasi akan tumbuh dan bertahan tanpa kehilangan eksistensinya.
  3. Perubahan mungkin mendatangkan perubahan.  Dengan mengkalkulasi perubahan secara cermat seperti mengelola perubahan juga adanya pemimpin yang kuat juga berpotensi dalam menggerakkan dan menuntaskan perubahan secara tuntas.
  4. Perubahan adalah bentuk adaptasi. Dalam hal ini, mereka yang mampu menyesuaikan diri terhadap  perubahan. Meskipun dalam proses tersebut, manusia terkadang menoleh ke belakang sebagai pelajaran juga bekal untuk meneruskan hidup di masa kini untuk masa depan. Ada berbagai macam tindakan yang dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan seperti bersikap antisipatif dalam menciptakan masa depan, meskipun tidak sedikit yang reaktif bahkan melalui krisis.

Adapun untuk kendala dalam perubahan, jika di persentasikan terdapat sekitar 80% berasal dari dalam pikiran kita sendiri baik berupa kepercayaan, sikap ataupun nilai. Namun akan diuraikan beberapa jenis kendala yang lazimnya dijumapi seseorang dalam melakukan perubahan.

  1. Visi dan Misi yang tidak jelas. Beberapa orang bahkan tidak memiliki visi juga gambaran yang jelas mengenai apa yang diinginkan. Visi merupakan perwujudan atas imajinasi kreatif juga motivasi utama dari tindakan manusia untuk menjadikan kita sebagai orang yang memiliki gambaran peran yang jelas untuk masa depan.
  2. Hasil yang tidak jelas. Beberapa orang menolak untuk melakukan perubahan karena tidak memiliki tujuan. Padahal kita ketahui bahwa tujuan  merupakan dampak yang paling besar bagi kita sebab tujuan dapat memberikan target, membantu dalam berfokus pada waktu dan usaha, memberi kita kemauan, motivasi dan kegigihan, tujuan dapat memberikan kita prioritas terhadap apa yang ingin kita lakukan terlebih dahulu.
  3. Rasa takut. Banyak dari kita yang memiliki impian namun tidak dapat mencapai impian tersebut dikarenakan rasa takut untuk memulai, takut untuk berkomitmen karena jalan yang akan ditempuh belum jelas, takut akan ketidakpastian dan paling penting kita takut untuk gagal. Rasa ketakutan tersebut merupakan musuh utama kita sebab dengan perasaan tersebut kita tidak dapat memanfaatkan peluang, melumpuhkan fisik kita untuk bergerak, membuat kita sakit secara mental dan membungkam bibir kita untuk mengemukakan pendapat.
  4. Zona nyaman.  Orang yang selalu hidup dalam lingkar zona nnyaman cenderung tidak akan berani dalam mengambil risiko saat membuat pilihan. Padahal kita ketahui bahwa disetiap pilihan yang kita tempuh tentunya ada risikonya.
  5. Asumsi pembatas. Poin ini merupakan apa yang kita yakini berdasarkan pengalaman lalu sehingga membatasi kita dalam mengambil langkah untuk maju. Kita seringkali terjebak akan kalimat “kenapa saya harus merepotkan diri?padahal sudah tentu tidak akan disetujui.” Dengan begitu kita berasumsi bahwa kita memang tidak memiliki kuasa untuk bertindak.
  6. Kesombongan. Dalam hal ini, karena telah berpuas diri atas sesuatu yang telah diraih tak jarang timbul rasa tinggi hati atau kesombongan pada diri manusia. Dengan sikap tersebut, akan membangkitkan keinginan untuk tidak belajar dan ketidakmauan untuk berubah 

Perubahan sendiri memiliki beberapa bentuk, diantaranya:

  1. Pengembangan yang merupakan peningkatan kapasitas yang dimiliki oleh individu dalam jangka panjang untuk hidup secara personal dan profesional juga lebih efektif serta menyenangkan  sebagai hasil belajar dan pemeriksaan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal tersebut merupakan bentuk perubahan yang terarah untuk menuju kondisi dan hasil yang lebih baik. Pengembangan terjadi sebagai hasil belajar melalui peristiwa pelatihan, pengalaman yang direncanakan, dan tidak direncanakan di tempat kerja.
  2. Pembelajaran dikatakan sebagai proses untuk memperoleh kompetensi. Dalam hal ini, kompetensi memiliki manfaat bagi invidudu maupun organisasi.  Tiap organisasi pasti selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi pegawainya agar dapat berprestasi sehingga mampu berkinerja secara unggul atau dengan kata lain peningkatan kompetensi tersebut sebagai bentuk investasi yang dilakukan oleh organisasi agar tetap bertahan dan berkembang pesat. Terlebih dalam pasar yang penuh persaingan, pengembangan kompetensi merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan secara berkelanjutan.
  3. Inovasi. Mengutip pendapat Peter Drucker (2002) bahwa inovasi adalah alat khusus wirausaha, sarana yang digunakannya untuk mengeksploitasi perubahan sebagai sumber peluang untuk bisnis atau jasa/pelayanannya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang inovator perlu memiliki pemahaman mengenai bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan sebelum pelanggan lebih dulu menyadari kebutuhannya. Maksudnya, inovator diarahkan untuk mengidentifikasi peluang sehingga mampu menciptakan produk/jasa yang efektif untuk maju.

Dalam konteks katalisator perubahan, perlu ada peran pemimpin yang sangat besar artinya untuk mengatasi resistensi perubahan, pemimpin bisa mengambil pendekatan yang tepot untuk mendorong terjadinya perubahan. Menurut (Higgs dalam Kaswan, 2012) ada beberapa pendekatan-pendekatan, seperti:

  1. Directive, berfokus pada hak pemimpin untuk mengelola perubahan dan menggunakan otoritasnya untuk memaksakan perubahan dengan atau tanpa partisipasi orang lain. Positifnya, pendekatan ini merupakan bentuk perubahan yang cepat. Namun perlu pertimbangan atas pandangan ataupun pendapat orang yang terlibat.
  2. Expert, manajemen perubahan dipandang sebagai proses pemecahan masalah yang harus ditangani oleh ahlinya. Secara umum, model pendekatan ini diterapkan pada perubahan yang lebih teknis dan lazim digunakan oleh tim proyek khusus.
  3. Negotiating, menekankan kemauan pada diri pemimpin untuk bernegosiasi dan melakukan tawar-menawar agar menghasilkan perubahan yang dikehendaki. Namun, pemimpin perlu menerima penyesuaian dalam melakukan implementasi pada perubahan.
  4. Educative, penekanannya berpacu pada pengubahan nilai dan kepercayaan orang, memenangkan hati dan pikiran agar sepenuhnya mampu mendukung terjadinya perubahan sehingga dapat bergerak maju dengan seperangkat nilai-nilai bersama organisasi dan pendukungnya.
  5. Participatice, menekankan pada keterlibatan luas dari semua yang terlibat dan terkena dampak. Meski ada peran seoran pemimpin, proses perubahan tersebut tidak banyak didominasi manajemen. Perlu pertimbangan dari semua orang sebelum memulai perubahan.

Meski begitu, kemampuan untuk beradaptasi adalah kapasitas yang paling penting untuk menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat agar sesuai dengan lingkungan. Mengingat lingkungan yang selalu berubah tentunya diperlukan kemauan dan kemampuan seseorang untuk beradaptasi sehingga dapat bereksistensi secara berkelanjutan. Adapun untuk bentuk perubahan itu diciptakan menyesuaikan pada tingkat perubahan. Tak luput juga sumber daya fisik, psikologis, kepercayaan diri agar mampu meningkatkan kesejahteraan serta kualitas organisasi untuk ikut dalam perubahan.

Bertahan ditengah kekalutan dunia

Perubahan merupakan suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Kecanggihan arus teknologi yang pesat mampu mengubah dunia secara universal. Tak luput juga peranan manusia yang secara tidak terbatas dalam menciptakan inovasi-inovasi baru agar dapat mempermudah segala aktifitas kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, baik individu maupun organisasi perlu beradaptasi secara cepat dan tepat melalui kegiatan kreatif dan inovatif di tengah lingkungan yang terus berubah.

Perubahan yang terjadi disekitar kita akan berpengaruh positif apabila kita sebagai “Agent of Change” mampu memperbarui diri dalam situasi perubahan lingkungan melalui langkah-langkah yang strategis sehingga masyarakat turut berperan secara proaktif. Bagai pasangan yang tak terpisahkan, pengaruh negatif juga turut hadir mengiringi perubahan yang terjadi sehingga dapat bersifat merugikan bagi individu maupun organisasi.

Dalam berbagai perspektif  ilmu, diyakini bahwa perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal secara krusial berimplikasi terhadap perubahan organisasi. Setiap organisasi baik pemerintahan ataupun swasta pasti menghadapi masalah mengenai bagaimana organisasinya mampu berjalan dengan efektif dan efisien. Kendati demikian, organisasi harus mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan serta merancang strategi yang akan digunakan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Kehadiran Covid-19 yang tak pernah diharapkan seolah mampu mengubah segala aktivitas manusia dalam berbagai aspek kehidupan sehingga memicu terjadinya perubahan. Siap atau tidak, kita dipacu untuk beradaptasi. Contohnya saja, banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan “Work for Home” kesulitan dalam membuat alternatif hingga tak bisa membaca peluang yang mengakibatkan kerugian. Pencairan gaji yang tidak jelas juga status karyawan yang dirumahkan entah sampai kapan bahkan ada yang terkena phk serta diambilnya kebijakan untuk menutup perusahan. Untuk itu, tiap organisasi dituntut agar mampu dengan cepat membaca situasi baik dari segi proses kerja, strategi serta bentuk interaksi sehingga tercipta peluang untuk tetap bertahan di era pandemi seperti ini. Tidak terelekkan, pendidikan juga merupakan salah satu aspek kehidupan yang tengah dilanda krisis. Mengapa demikian? adanya serangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam rangka menyikapi perkembangan penyebaran Covid-19, seperti pembatalan ujian nasional (UN), pengimplementasian pembelajaran jarak jauh (Study for Home), dan penerimaan peserta didik baru  sesuai Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19). Kendati demikian, prosesnya harus tetap dilalui meskipun kita dituntut untuk beradaptasi secara cepat dan tepat.  

Perkiraanku Ternyata Meleset

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan nama saya Ryaski Amari Musfirah, akrabnya dipanggil Ryaski. Saya Mahasiswi dari Universitas Negeri Makassar , jurusan Administrasi Pendidikan fakultas Ilmu Pendidikan angkatan 2018. Alhamdulillah, saya sangat bangga menjadi mahasiswi dari kampus orange, serta bagian dari keluarga besar jurusan Administrasi Pendidikan. Di awal kegiatan Program Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PK2MB),  saya dan mahasiswa lainnya diberi sambutan selamat datang oleh Rektor serta para jajarannya. Yang paling membuat saya terpukau dan kagum ialah penampilan menarik dan pengenalan dari berbagai organisasi serta unit kegiatan mahasiswa yang ada.

Setelah melalui rangkaian proses penerimaan Mahasiswa Baru, akhirnya saya resmi menjadi Mahasiswa UNM. Awal dunia barupun di mulai. Hari-hari perkuliahan kulewati dengan penuh suka cita karena dapat beradaptasi dengan cepat serta menemukan teman-teman yang baik dan dari daerah yang berbeda-beda. Masa perkuliahan yang belum sepenuhnya aktif membuat saya  penasaran akan beberapa mata kuliah yang belum masuk. Meski begitu, saya berharap mata kuliah tersebut dapat dijalani dengan baik dan tanpa hambatan.

Salah satu dosen yang telah mengajar di kelas saya adalah Bapak Andi Wahed, S.Pd., M.Pd. dengan mata kuliah ICT Manajemen Pendidikan. Awalnya, saya berfikir beliau adalah dosen yang galak. Namun, pandangan tersebut nyatanya tidak benar. Beliau sangat menyenangkan. Sesekali beliau terlihat menggunakan bahasa inggris atau  bugis saat mengajar sehingga dapat mencairkan suasana kelas yang masih terasa kaku. Beberapa teman menganggap bahwa beliau adalah salah satu pengajar terlucu yang pernah ditemuinya.

Pada pertemuan pertama, beliau mengabsen guna mengenal satu-persatu wajah kami serta memaparkan beberapa materi yang akan di ajarkan selama 1 semester. Di pertemuan berikutnya, materi yang diajarkan yaitu pembuat email, blogg di wordpress, serta akun e-learning. Akun e-learning ini memiliki fungsi sebagai penghubung antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran. Menurut saya, materi ini tidak terlalu sukar hanya saja pengelolaan tampilan menu  pada blogg yang belum terlalu saya pahami. Tapi, saya akan belajar semaksimal mungkin untuk menguasai hal tersebut.

Cukup sekian yang dapat saya ceritakan, semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan kata. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.