Perubahan dan Pengembangan Organisasional

Bennis (1969) mengemukakan bahwa Pengembangan Keorganisasian berkaitan dengan suatu strategi euksional yang kompleks, yang bertujuan untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai-nilai, dan struktur organisasi demikian rupa, sehingga dapat menyesuaikan diri lebih baik terhadap teknologi-teknologi baru, pasar-pasar, serta tantangan dan kecepatan yang memusingkan dari perubahan itu sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut rupanya Warner (1987) dan Cummings (1989) juga menyebutkan Pengembangan Organisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmu tentang perilaku (Behavioral Sciene Knowledge) dalam suatu upaya jangka panjang, untuk memperbaiki kemampuan sebuah organisasi dalam rangka menghadapi perubahan dalam lingkungan eksternal, dan untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan pemecahan masalah-masalah internal. Pada intinya Pengembangan Keorganisasian diperlukan dalam suatu organisasi agar dapat membuat perencanaan dan strategi terhadap keorganisasiannya sehingga dapat memperbaiki keefektifan suatu organisasi.

Porras dan Robertson (1992:719) merupakan dua orang yang mendefinisikan perubahan juga program-program efektif yang dilakukan untuk mencapai perubahan yang diinginkan, meliputi :

  1. Para anggota organisasi yang bersangkutan harus merupakan sumber inti kinerja bagi perubahan tersebut danbukan pihak eksternal tersebut.
  2. Para anggota inti harus memahami tentang masalah yang dihadapi serta harus tertarik akan hasil positif yang kemungkinan akan dicapai serta harus memiliki nalar yang tinggi akan kemungkinan ide potensial yang bermunculan.
  3. Harus ada terobosan baru untuk mengubah norma-norma yang dinilai membuat kemunduran atau sikap pemborosan terhadap waktu, energi, biaya, segala hal dilakukan dengan efektif.

Dalam suatu perubahan dalam organisasi terdapat beberapa variabel yang dapat dijadikan sebagai fokus untuk melakukan suatu perubahan, meliputi :

  1. Variabel manusia, sebagaimana yang dimaksud adalah anggota yang bersangkutan dalam organisasi terlepas dari sikap masing-masing individu tersebut, motif, kepentingan-kepentingan pribadi, atribut masing-masing individu serta sikap mereka secara personal.
  2. Variabel kultur, terkait dengan norma-norma yang diciptakan secara sadar maupun tidak sadar sebagai ekspektasi-ekspektasi serta pengembangan sikap masing-masing individu yang disetujui bersama.
  3. Variabel tugas sebagai misi yang disusun dari beberapa variabel inti seperti latar belakang masalah yang dihadapi,tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
  4. Variabel teknologi merupakan pengembangan dari semua variabel yang sifatnya dinamis semua variable diatas merupakan sifatnya dinamis dan cenderung mengalami perubahan dengan begitu cepat.
  5. Variabel strategi merupkan rangkaian tujuan dan metode yang disusun secara sistematis untuk melakukan tindakan yang paling efektif tepat sasaran dengan tujuan yang ingin dicapai.
  6. Variable desain sebagai konsep ataupun struktur organisasi secara formal yang meliputi sistem kerjanya (komunikasi, wewenang, dan tanggungjawab).

Sebuah diagnosis yang akurat tentang masalah-masalah keorganisasian mutlak perlu dilakukan sebagai titik tolak bagi perubahan keorganisasian yang terencana (Brake:1994).Langkah dasar yang perlu diterapkan dalam hal menyelengarakan diagnosis keorganisasian, meliputi :

  1. Mengenal dan menafsirkan tentang masalah yang sedang dihadapi dan merasakan perlunya ada perubahan.
  2. Mendeterminisasikan kesiapan organisasi tersebut untuk melakukan perubahan.
  3. Mengidentifikasi segala sumber-sumber serta kemampuan manajerial untuk melakukan perubahan.
  4. Medeterminasikan strategi serta tujuan yang akan dicapai.

Leave a comment