Kepemimpinan Perubahan

Upaya  dalam menciptakan suatu revolusi sebagai bentul perubahan organisasi  membawa perubahan yang menjadikan semua komponen dalam organisasi itu menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif terhadap organisasi. Dalam merencanakan masa depan sebuah organisasi, seluruh bagian yang terlibat harus diikutsertakan agar dapat tercipta strategic awareness guna  mengetahui dengan sebaik mungkin kemana organisasi akan bergerak sehingga mampu mendampingi proses perubahan tersebut. Setiap perubahan juga sebaiknya atas dasar keinginan organisasi sebagai bentuk pelayanan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan dimana organisasi tersebut berada.

Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk membuat perubahan di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut memiliki alternatif solusi yang tepat untuk memperbaiki kondisi sekolah yang ada. Namun demikian, untuk melakukan perubahan memerlukan pertimbangan dan cara yang tepat. Jika seorang kepala sekolah melakukan perubahan di sekolah dengan cara yang tidak tepat, bisa menjadi sebuah masalah besar baik bagi kepala sekolah sendiri, guru, staf, dinas pendidikan dan masyarakat luas. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memadukan konsep, prinsip dan prosedur untuk melaksanakan perubahan di sekolah, sehingga perubahan itu bisa berjalan dengan baik dan alamiah. Perubahan di sekolah diarahkan pada 3 sasaran, yakni penguatan supervisi akademik di sekolah, pengembangan kapasitas tenaga kependidikan di sekolah dan pengembangan kurikulum di sekolah.

Perubahan sering kali perlu dirancang, direkayasa dan dikelola oleh suatu kepemimpinan (Leadership) yang kuat, visioner, cerdas, dan berorientasi pengembangan dengan kata lain kepemimpinan sebagai agen perubahan (Agent of Change). Di tengah gencarnya perubahan lingkungan, tanpa upaya perubahan organisasi yang tepat di bawah kepemimpinan yang kuat, visioner, cerdas, dan berorientasi pengembangan, suatu organisasi akan berjalan terseok, bahkan mungkin akan mati didera kuatnya arus perubahan. Maka untuk tetap bertahan suatu organisasi harus terus berubah.

Beberapa “ penyakit “ pemimpin yang dapat mengancam perubahan organisasional, diantaranya pemimpin tidak mau mendengarkan berbagi masukan dari para kolega maupun bawahan (kritik dan saran), tidak mempraktikkan apa yang dikatakan (ada pemisah antara perkataan dan perbuatan), mengintimidasi pihak lain, mendemoralisasi pihak lain, gagal meciptakan arah, tidak mengembangkan anggotanya dan lebih pada yang lain, dan merasa puas dengan kinerja dirinya sendiri, serta memprioritaskan kelompoknya sendiri walaupun kemampuannya rendah. Penyakit-penyakit tersebut sebaiknya tidak perlu dimiliki oleh pemimpin perubahan, karena akan sangat mengganggu perjalanan perubahan itu sendiri.

Leave a comment